Jumat, 30 Desember 2011

Makna kasih..


Makna kasih..


kasih memiliki “tangan “
untuk menolong orang lain.
Kasih memiliki “kaki”
Untuk membantu mereka yang kekurangan
Kasih memiliki “mata”
Untuk melihat kesengsaraan dan kebutuhan
Kasih memiliki “telinga”
Untuk memiliki keluhan da penderitaan











Kamis, 01 Desember 2011

perpisahan cinta

perpisahan cinta 

Perpisahan ... perpisahan
Karna semua tak mungkin
hatiku tersiksa
Kau pun begitu

Angin apa aja .. titip rinduku untuknya ya
Saat ini kami tak dapat bersama
Karna berbeda cerita

sayangku...
Jaga diri baik-baik,
smoga kau temukan yang terbaik

Dari jauh ku berdoa
Kamu baik- baik saja

senandung rinduku
rintihan kalbuku yang rapuh tanpamu..
tentangmu

KEINDAHAN ALAM

KEINDAHAN ALAM



Batapa indahnya alam in
Laut berombak-ombak
Awan berarak-arak
Udara segar bertiup-tiup


Aku berdiri di atas guning,
Berdiri di bawah langit
Untuk melihat keindahan alam,
Keindahan dunia


Aku mempertaruhkan nyawa,
bertahan diri di atas guning
Demi melihat keindahan alam
keindahan ciptaan Tuhan

ANGIN LAUT

ANGIN LAUT

Perahu yang membawamu
telah kembali
entah ke mana
angin laut mendorongnya ke ujung dunia
Engkau tidak mengerti juga
Duduklah
Ombak yang selalu
pulang dan pergi.
Seperti engkau
mereka berdiri di pantai
menantikan
barangkali
seseorang akan datang dan menebak teka-teki itu.

PEMANDANGAN DI QUE-LIN cina

PEMANDANGAN DI QUE-LIN cina


gunung-gunung dan bukit-bukit hitam
tinggi dan tajam
menjulang menusuk-nusuk awan
air sungai Li berkelok-kelok
bermain-main di celah kaki-kakinya
bilakah sebenarnya
dewa-dewa telah turun dari langit
sempat-sempatnya membuat
pahatan alam yang begini cantik!

laut

LAUT


Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani?
Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa.
Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata.
Tidak. Di pagi hari kautemukan bahwa engkau
di sini. Segar bugar. Kita punya tangan
dari batu sungai. Karang laut menyulapmu jadi
pemenang. Dan engkau berjalan ke sana.
Menerjang ombak yang memukul dadamu.
Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut.
Sang kerdil yang berdiri di atas buih itu
adalah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu.
Matanya adalah matamu. Tubuhnya adalah tubuhmu.
Sukmanya adalah sukmamu. Laut adalah ruh kita
yang baru! Tenggelamkan rahasia ke rahimnya:
Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya.
Sebentar kemudian, sebuah debur
gelombang yang jauh menghiburmu.
Saksikanlah.
Tidak ada batasnya bukan?

laut yang ramai

LAUT YANG RAMAI

Laut mendadak ramai
deburan ombak terseret angin
ke tengah samudera itu
sedang di bibir pantai
orang saja menari-nari
Laut mengundang sehamparan gunung samudera
datanglah dari penjuru segala
melihat kami menari
menjelang akhir sodorkan air
ketika tubuh bermandi peluh
tapi jangan suguhkan seudati*)
sebab ia sudah mati
Datang,
datanglah dari penjuru segala
ramaikan laut kami yang sepi
dengan lagumu yang sarat cinta

puisi sukacita

Pantun Sukacita



Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Dapat di rumput bilang-bilang
Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang

Juragan bernama Sutan Tahir
Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut

Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang

Pergi mengail umpan sinangis
Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang

Cina gemuk membuka kedai
Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu

Ramai orang bersorak-sorak
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana

Ayam kinantan terbang mengekas
Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang

Hanyut batang berlilit kumpai
Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati

Saya tidak pandai menari
Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan

Kita menari keluar bilik
Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan

Tengah rembang panas teduh
Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik

Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak

Buai-buai dalam buaian
Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba

Burung elang burung merpati
Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan 

terjawab di suatu masa

1.   Terjawab Di Suatu Masa

Salam terindah dari senyummu.
Getar-getar hati menatapnya kagum,
Menghujam dada seberkas cinta,
Menciutkan mata sesosok indahmu.

Heran tundukkan kepala.
Kenapa... kenapa ada banyak sekali cahaya
yang bersinar di kala kau mulai layu?
Sementara aku, hanyalah remang-remang kecil yang tak sempat memberimu arti.
Mengapa... mengapa ada banyak sekali warna
yang menghiasi ketika duniamu mulai kelam?
Sedangkan aku, hanyalah hitam lapang yang mustahil mewarnaimu.

...Menanti...
...Tertatih...
...Letih...
...Sedih...
...Pedih...
...Perih...
...Cemburu...
...Rindu...

Semua menyatu dalam butiran hampa.

Tidak salah lagi... ya, tidak salah lagi.
Bahwa butiran hampaku akan terjawab oleh suatu masa...
oleh suatu kelak, suatu hari, suatu waktu..
suatu ketika di mana tali kuat perjanjian cinta menjeratmu bersamanya
di bawah Ayat-ayat Suci, dalam restu keluarga dan kerabatmu.
Kan jadi saksi kilaunya air mata harumu.

Fiuuuh...!!! Kulewatkan ribuan hari dengan penantian terburuk
hanya untuk memastikan hari pernikahan?
Tidak masalah.

Tak akan ada kecewa...
Tak akan ada sesal...
Tak akan ada derita...
Yang ada...

Hanya membohongi diriku sendiri.